KONSEP HIDUP ABRAHAM
Dalam pandangan sejarah Abraham atau Ibrahim (sebut saja Abraham) dan keturunannya didalam kitab-kitab, melahirkan bangsa-bangsa yang besar dan menjadi pemimpin ummat pada masanya yang kemudian berpecah-pecah menjadi beberapa kelompok. Diketahui Abrahim memiliki tiga (3) orang istri, yaitu Sara (Sarah), Hagar (Hajar), Ketura (Qanturah), namun ada yang berpendapat bahwa Haqar dan Ketura adalah sama. Namun jika kita merujuk kepada kisah Abraham di Taurat yang dimana, dari Hagar, Abraham memiliki seorang anak bernama Ismail dan dari Ketura, Abraham memiliki enam (6) anak yang bernama Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah, jika dihubungkan dengan kisah nabi Syu’aib (Yitro, mertua Musa) dari Madyan (Midian) dalam Al-Qur’an jadi sangat jelas kalau Syu’aib berasal dari keturunan Ketura, itu menandakan bahwa Hajar dan Ketura bukanlah orang yang sama tetapi mereka adalah orang yang berbeda,
Sarah melahirkan Ishaq, yang kemudian keturunannya dikenal dengan Yahudi dan Bani Israil, kekuasaan mereka dahulunya dibagian Utara. Hajar melahirkan Ismail yang dikenal sebagai keturunan yang berdomisi di jazirah Arab, yang kemudian mereka dikenal sebagai bangsa yang di-Arabk-an karena Ismail bukan orang Arab (Abraham orang Babylonia dan Hajar anak dari seorang raja dynasty Fir’aun, Baca Asal Siti Hajar), kekuasaan mereka di bagian Selatan, lalu bagaimana dengan Ketura (kekuasaannya dahulu berada di timur), sejarah tentang keturunan mereka seakan-akan hilang dari pentas dunia persilatan.
Perpecahan keturunan-keturunan Abraham tatkala saling memperebutkan kekuasaan yaitu pada saat terpecahnya menjadi dua kekuasaan, seperti Ishaq yang memiliki anak bernama Yakub dan Esau, kemudian berebut siapa yang akan dijadikan pewaris. Dan Yakub yang kemudian berubah menjadi Israil yang memiliki dua-belas (12) orang anak, keturunan Israil kemudian terbagi menjadi dua (2) komunitas yaitu Yahudi dan bani Israil (ingat Yahudi merupakan dua keturunan anak dari Ishaq yaitu Yehuda dan Benyamin yang berasal dari kerajaan Utara dan sepuluh keturunan Israil yang kemudian dikenal dengan bani Israil yang berasal dari kerajaan Selatan yang kemudian mereka saling berperang untuk merebut kekuasaan sehingga di hukum Tu[h]an ). Yang menjadi pertanyaan kenapa Yahudi berubah menjadi sebuah “agama” sedang Bani Israil tidak?, meskipun ada beberapa orang yang menganggap dirinya berasal dari keturunan bani Israil namun berkeyakinan Yahudi? Aneh bin ajaib. ( Baca Komunitas muslim Bani Israil )
Demikian pula setelah Isa, dimana pengikut-pengikut Isa yang dikenal dengan sebutan "nashara" sudah berpecah menjadi beberapa kelompok. Sehingga mendapat kutukan juga dari Tu[h]an., seperti golongan terbesar yaitu khatolik dan Protestan dimana mereka pernah melakukan peperangan akibat ketidak cocokan ajaran masing-masing, serta masih banyak lagi kelompok-kelompok yang lainnya, yang masing-masing memiliki cara beribadah yang berbeda. Menjadi pertanyaan juga kenapa Protestan dan Khatolik berubah menjadi sebuah “agama”, bukankah seharusnya agama Nashara?, aneh bin ajaib juga.
Begitu juga dengan keturunan Muhammad dari garis Ismail yang berpecah menjadi beberapa golongan, seperti tatkala kekuasaan islam terpecah menjadi dua (2) pada masa Ali, dari sinilah kekuasaan islam perlahan-lahan mulai redup, sehingga mendapat kutukan juga dari Tu[h]an dengan dihancurkannya Baghdad (Iraq) yang menjadikan semua buku-buku sejarah tentang Islam dibumi-hanguskan. Sehingga muncullah kelompok yang dinamakan Syiah dan Sunni serta kelompok-kelompok lain yang masing-masing memiliki ajaran yang berbeda-beda, meskipun pengakuan mereka adalah beragama Islam. Timbul juga pertanyaan kenapa Islam berubah menjadi sebuah “agama”?
Melihat dari sejarah diatas ternyata kemarahan Tu[h]an itu tatkala semua keturunan Abraham sudah berpecah-belah akibat satu sama lain saling membenarkan ajaran mereka (QS.Al-Baqar[2]:213), padahal mereka dahulunya satu-satunya ummat yaitu ummat yang memiliki satu ajaran dari Tu[h]an Yang Esa (QS.Yunus[10]:19). Olehnya itu tatkala terjadi perpecahan diantara mereka, maka Tu[h]an selalu mengutus seorang rasul untuk menyatukan mereka lagi, agar kembali kepada ajaran yang hak yaitu dien Al-Islam dimana semua makhluk ciptaan Allah tunduk patuh kepadaNya berdasarkan tatanan kehidupan yang ada dalam dien Al-Islam. (baca Perjalanan Rasul) – ( Murtad )
Abraham adalah seorang muslim artinya dia adalah orang yang sangat taat kepada pengajaran Tu[h]an, sehingga seharusnya merupakan contoh teladan bagi keturunannya. Muslim berasal dari kata aslama yang artinya orang yang tunduk patuh atau berserah diri, sebagaimana dalam al quran ketika Abraham diperintahkan oleh Tu[h]an untuk tunduk patuh, lalu Abraham menjawab “aslamtu lirabbil alamin” artinya aku tunduk patuh pada pengatur semesta alam (QS.Al-Baqarah[2]:131). Yang kemudian konsep hidup tersebut diwariskan Abraham kepada keturunannya, (QS 2/128, 132). Sehingga seharusnya manusia mau menjadikan contoh teladan, jika ingin menjadi manusia yang aslama (islam) seperti Abraham, (QS.An-Nahl[16]:120, QS.An-Nisa[4]:125).
Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa seluruh keturunan Abraham adalah penganut ajaran islam, Sehingga Musa, Isa dan Muhammad adalah membawa ajaran yang sama sehingga jelaslah ayat (QS.Aa-Shura[42]:13) dan tentu saja mereka akan dijadikan pemimpin ummat manusia pada masanya. Sebagaimana Abraham pernah memohon kepada Tu[h]an agar keturunannya dijadikan pemimpin seluruh ummat manusia kecuali keturunan yang dzolim (musyrik), (QS.Al-Baqarah[2]:124). Jadi yang orang-orang dzolim inilah yang tidak akan dijadikan pemimpin seluruh ummat manusia nantinya, meskipun pengakuannya dia adalah keturunan Abraham dan merasa dirinya telah Islam.
Jika keturunan Abraham sudah digariskan sebagai orang-orang berserah diri (muslim) sebagai pelaku ketaatan hanya pada aturan dan hukum Tu[h]an, dengan demikian, adakah saat ini keturunan Abraham yang muslim? Adakah saat ini keturunan Abraham yang menjadi pemimpin seluruh ummat manusia?. Bukankah mereka justru ummat yang terjajah?. Maka itu berarti mereka adalah ummat yang dzolim (musyrik). ( Baca Kemusyrikan )
Kenapa mereka mempunyai ajaran yang berbeda-beda dan memiliki “agama” masing-masing?, Apakah mungkin Tu[h]an telah mengajarkan kepada Musa, Isa dan Muhammad dengan ajaran yang berbeda, padahal janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan disebut muslim yaitu orang-orang yang akan tunduk-patuh atau orang-orang berislam (berserah diri) hanya kepada Tu[h]an.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus kembalikan kepada pengertian dien atau Millah itu sendiri. Sudah dijelaskan di blog ini bahwa dien itu artinya bukanlah “agama” tapi sistem atau tatanan kehidupan yang saling merahmati sehingga terciptalah kondisi kehidupan yang setimbang antara kehidupan alam dan kehidupan manusia. Itulah inti dari ajaran Tu[h]an kepada Abraham yaitu konsep hidup/Millata yang didalamnya terdapat ketetapan-ketetapan dan perintah-perintah yang dimana semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini tunduk-patuh atau sujud mengabdi hanya kepada Tu[h]an Pencipta langit dan bumi.
Sangat jelas dengan jawaban Abraham untuk tunduk-patuh kepada pengatur semesta alam, bukan kepada pengatur manusia. Sebab kenapa?. Karena Abraham sadar bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Allah, makhluk yang harus menyerahkan dirinya baik secara sukarela maupun terpaksa untuk diatur oleh sistem Allah yang mengatur alam semesta beserta isinya (QS.Al-Baqarah[2]:255), sebagaimana apa yang dilangit dan dibumi telah tunduk patuh pada sistem Allah itu. Apakah mereka mencari selain dien Allah, padahal kepadanyalah tuntuk patuh apa yang dilangit dan dibumi baik secara sukarela maupun terpaksa, hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. ( baca Dien Al Islam )
Konsep hidup itulah yang dipahami oleh Abraham tatkala dia mencari tahu siapa pengatur dirinya yang sebenarnya. Tatkala Abraham menemukan Tu[h]an Allahlah pengaturnya, maka seluruh aktifitas hidupnya hanya diserahkan kepada Tu[h]an. Sehingga atribut kebangsaannya ditinggalkan, kemudian mengajak bangsanya untuk tuntuk patuh hanya kepada Tu[h]an, dengan meninggalkan ilah-ilah yaitu ketaatan kepada penguasa yang mengkafiri ajaran Tu[h]an. sehingga Abraham dan pengikutnya dibenci oleh bangsanya. Akhirnya Abraham pergi mencari tempat dimana konsep hidup yang dipahaminya itu diterima, yang kemudian mendirikan sebuah kekuasaan.
Bagaimana mungkin seorang Abraham rela meninggalkan bangsanya, begitupun Musa, Isa dan Muhammad jika hanya mengajarkan “agama” yang didalamnya hanya mengajarkan ritus-ritus penyembahan yang memuaskan nafsu yaitu kehidupan materialistis kalau bukan sebuah konsep hidup atau sistem hidup yang haq, yang dimana semua manusia harus saling berkasih-sayang (rahman dan rahim) baik kepada sesama manusia maupun kepada makhluk yang ada dialam semesta ini.
Jadi perpecahan keturunan Abraham itu adalah tatkala ajaran-ajaran yang dibawah oleh Musa, Isa dan Muhammad berubah menjadi sebuah “penyembahan” sehingga masing-masing memiliki cara penyembahan tersendiri menurut pemahaman-pemahaman berdasarkan kitab-kitab yang mereka miliki, sehingga timbullah apa yang dinamakan “agama” dimana manusia berhak memiliki keyakinannya masing-masing, karena menurut mereka agama Tu[h]an itu banyak jadi tidak ada paksaan dalam memilih salah satu dari agama Tu[h]an.
Kemudian mereka saling mengklaim bahwa agama kamilah yang benar, agama kalianlah yang salah, kami akan masuk sorga karena beragama Islam, kalian akan masuk neraka karena beragama selain Islam. Kami akan masuk sorga karena kami menuhankan Yesus (nabi Isa) karena tidak ada yang masuk kerajaan sorga tanpa melalui Yesus, kalian akan masuk neraka karena tidak mentuhankan Yesus. Kami akan masuk sorga karena rasul kami adalah Muhammad, kalian akan masuk neraka karena tidak mengakui kerasulan Muhammad. Kitab kami suci sedang kitab kalian tidak suci lagi karena sudah diubah-ubah apalagi banyak berbicara kotor. Inikan ajaran yang tidak masuk diakal, ajaran yang telah turun-temurun diwariskan kepada anak-cucu mereka, sehingga tatkala mereka besar terjadilah permusuhan diantara mereka. Karena sejak dari kecil sudah dididik orang tuanya menurut keyakinan agama yang mereka anut.
Jika manusia berada di luar konsep hidup (Millah) itu, maka dipastikan kehidupan manusia akan kacau-balau karena tidak diatur oleh sistem kehidupan yang islam (berserah diri). Makanya ada peringatan kepada semua manusia. “Hanya orang-orang yang memperbodoh dirinya sajalah yang membenci konsep hidup atau ajaran Abraham itu” (QS.[2]:130).
Akibat kesalah fahaman mengenai pengertian dien inilah yang menjadi penyebab utama, bahkan didalam Al-Quran tidak pernah ada dikatakan dien Yahudi, dien Masharani, dien Khatolik dan lain-lain yang ada juga "al-yahudi" (al-huda/petunjuk) dan "al-nashara" yang kemudian diartikan dan dibumbui menjadi agama Yahudi dan agama Nashrani, bahkan dikatakan “mereka tidak akan berhenti sampai kamu mengikuti millah (konsep hidup) mereka”. Bukan mengikuti dien mereka.
Seperti yang sudah saya katakan diatas millah itu bukan agama tapi konsep hidup pengertiannya sama dengan dien yang didalamnya ada aturan dan hukum. Itu berarti mengikuti konsep hidup mereka adalah mengikuti aturan dan hukum mereka yang materialistis (makanya banyak orang-orang berlomba-lomba untuk menjadi anggota legislatif jika perlu ngutang sana-sini dulu, karena pikir mereka kalau sudah terpilih bisa tergantikan dengan cara korupsi,.atau membantu para pengusaha-pengusaha untuk memenangkan tender mereka dengan catatan mereka harus memberi persenan dari hasil tender tersebut, ada juga yang tidak terpilih jadinya stress kemudian gila agar terbebas dari hukuman pidana, ada juga yang tidak ragu-ragu bunuh diri).
Kalau kita mau berpikir jernih, bukankah orang-orang Yahudi dan Nashara sampai saat ini memiliki aturan dan hukum yang bukan dari Tu[h]an. Sebagaimana dalam bible, Bani Israil dikutuk oleh Tu[h]an akibat mereka telah mengingkari perjanjian dengan Tu[h]an yaitu mereka telah meninggalkan ketetapan dan perintah yang dibacakan oleh Musa, termasuk 10 Hukum Taurat (Ten commandement), bahkan Isa sendiri mengatakan “mereka memuliakan Tu[h]an tapi yang mereka ajarkan adalah perintah manusia”. begitupun didalam Al-Quran, banyak bercerita tentang keturunan Yakub yang dikutuk akibat telah meninggalkan hukum Taurat, (QS.Al-Maidah[5]:68). Dari sini kita sudah ada gambaran bahwa ternyata ummat warisan Muhammad telah mengikuti konsep hidup orang-orang Yahudi dan Nashara yang membatalkan hukum Taurat. (QS.Al-Maidah[5]:44-50).
Jika demikian (QS.Al-Baarah[2]:120) itu adalah peringatan bagi kita-kita yang merasa ummat Islam bahwa jangan sampai kita mengikuti tatacara hidup mereka yaitu konsep hidup berdasarkan hukum buatan manusia karena itu akan merusak fitrah penciptaan manusia itu sendiri, sehingga terjadilah malapetaka dalam kehidupan manusia dan alam, manusia akan berbuat kerusakan di bumi, begitupun alam akan rusak oleh ketidak setimbangan itu, akitab terjadinya peperangan, pengrusakan hutan, eksplorasi dimana-mana, pembuangan limbah sembarangan dll, yang ujung-ujungnya akan berdampak bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Lalu, bagaimana mengembalikan kondisi alam dan manusia agar setimbang lagi, jawabannya hanya satu “Tuan-lah yang mengutus seorang rasul dengan membawa petunjuk dan konsep hidup yang hak untuk dimenangkannya diatas segala konsep hidup yang lain, meskipun orang-orang musyrik tidak menyukai” yaitu dari keturunan Ketura. Keturunan Abraham yang selama ini sedang dicari-cari keberadaanya, keturunan Abraham yang sedang dipersiapkan oleh Tu[h]an untuk kembali mempersatukan keturunan-keturunan Abraham yang sudah berpecah belah, berasal dari suatu bangsa yang sangat dikagumi oleh dunia baik dari segi keaneka-ragaman budaya dan sumber daya alamnya, bangsa yang akan menjadi pencetus perdamaian, bangsa yang akan membagi-bagikan hasil buminya tanpa meminta balasan, bangsa yang akan menjadi pengatur dunia sehingga kehidupan manusia menjadi setimbang tidak akan ada lagi kemiskinan, Karena seluruh apa yang ada dibumi ini adalah sudah diserahkan kepada manusia sebagai milik bersama, bukan milik suatu bangsa atau golongan tertentu. Inilah konsep hidup Tu[h]an Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada hamba-hambaNya. Sehingga manusia harus juga saling berkasih sayang kepada sesamanya.
Konsep hidup yang selama ini tidak pernah difahami oleh manusia, dikarenakan mereka memiliki konsep hidup yang materialistis. Itulah kenapa Muhammad pernah kalah dalam peperangan akibat pasukan yang rakus akan harta, begitupun Yosua, pasukannya dipukul mundur sehingga lari terbirit-birit. Jadi tidaklah mengherankan kenapa ummat yang merasa islam hari ini terjajah karena konsep hidup mereka materialistis. Sibuk mengumpulkan harta untuk bekal akhirat nanti. Itulah kutukan Tu[h]an buat mereka, yang kemudian mereka mengklaim hanyalah ujian kalau kita miskin, kalau mendapat bencana dll, sehingga membodohi ummatnya, kalau dengan mendapatkan hadiah rumah, naik haji, mendapat sesuap nasi dll itu adalah rezki dari Tu[h]an. Padahal tak ubahnya sama saja dengan kisah sinterklas yang suka membagi-bagikan hadiah dimalam natal.
Maka terjadinya bencana yang begitu dasyat saat ini bukanlah fenomena yang secara kebetulan tapi itu adalah sunnatullah pada kehidupan alam karena alam sedang berproses untuk mempersiapkan kesetimbangannya agar tatkala kehidupan manusia sudah berada dalam tatanan kehidupan yang di undangkan Tu[h]an itu menjadi setimbang sehingga alam dan manusia saling merahmati nantinya. “Dan tiadalah Kami mengutusmu sebagai rahmat bagi kehidupam semesta alam.
0 komentar:
Posting Komentar