This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 24 Desember 2016

Konsep Hidup Abraham

KONSEP HIDUP ABRAHAM
  
Dalam pandangan sejarah Abraham atau Ibrahim (sebut saja Abraham) dan keturunannya didalam kitab-kitab, melahirkan bangsa-bangsa yang besar dan menjadi pemimpin ummat pada masanya yang kemudian berpecah-pecah menjadi beberapa kelompok. Diketahui Abrahim memiliki tiga (3) orang istri, yaitu Sara (Sarah), Hagar (Hajar), Ketura (Qanturah), namun ada yang berpendapat bahwa Haqar dan Ketura adalah sama. Namun jika kita merujuk kepada kisah Abraham di Taurat yang dimana, dari Hagar, Abraham memiliki seorang anak bernama Ismail dan dari Ketura, Abraham memiliki enam (6) anak yang bernama Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah, jika dihubungkan dengan kisah nabi Syu’aib (Yitro, mertua Musa) dari Madyan (Midian) dalam Al-Qur’an jadi sangat jelas kalau Syu’aib berasal dari keturunan Ketura, itu menandakan bahwa Hajar dan Ketura bukanlah orang yang sama tetapi mereka adalah orang yang berbeda,

Sarah melahirkan Ishaq, yang kemudian keturunannya dikenal dengan Yahudi dan Bani Israil, kekuasaan mereka dahulunya dibagian Utara. Hajar melahirkan Ismail yang dikenal sebagai keturunan yang berdomisi di jazirah Arab, yang kemudian mereka dikenal sebagai bangsa yang di-Arabk-an karena Ismail bukan orang Arab (Abraham orang Babylonia dan Hajar anak dari seorang raja dynasty Fir’aun,  Baca Asal Siti Hajar), kekuasaan mereka di bagian Selatan, lalu bagaimana dengan Ketura (kekuasaannya dahulu berada di timur), sejarah tentang keturunan mereka seakan-akan hilang dari pentas dunia persilatan.

Perpecahan keturunan-keturunan Abraham tatkala saling memperebutkan kekuasaan yaitu pada saat terpecahnya menjadi dua kekuasaan, seperti Ishaq yang memiliki anak bernama Yakub dan Esau, kemudian berebut siapa yang akan dijadikan pewaris. Dan Yakub yang kemudian berubah menjadi Israil yang memiliki dua-belas (12) orang anak, keturunan Israil kemudian terbagi menjadi dua (2) komunitas yaitu Yahudi dan bani Israil (ingat Yahudi merupakan dua keturunan anak dari Ishaq yaitu Yehuda dan Benyamin yang berasal dari kerajaan Utara dan sepuluh keturunan Israil yang kemudian dikenal dengan bani Israil yang berasal dari kerajaan Selatan yang kemudian mereka saling berperang untuk merebut kekuasaan sehingga di hukum Tu[h]an ). Yang menjadi pertanyaan kenapa Yahudi berubah menjadi sebuah “agama” sedang Bani Israil tidak?, meskipun ada beberapa orang yang menganggap dirinya berasal dari keturunan bani Israil namun berkeyakinan Yahudi? Aneh bin ajaib. ( Baca Komunitas muslim Bani Israil )

Demikian pula setelah Isa, dimana pengikut-pengikut Isa yang dikenal dengan sebutan "nashara" sudah berpecah menjadi beberapa kelompok. Sehingga mendapat kutukan juga dari Tu[h]an., seperti golongan terbesar yaitu khatolik dan Protestan dimana mereka pernah melakukan peperangan akibat ketidak cocokan ajaran masing-masing, serta masih banyak lagi kelompok-kelompok yang lainnya, yang masing-masing memiliki cara beribadah yang berbeda. Menjadi pertanyaan juga kenapa Protestan dan Khatolik berubah menjadi sebuah “agama”, bukankah seharusnya agama Nashara?, aneh bin ajaib juga.

Begitu juga dengan keturunan Muhammad dari garis Ismail yang berpecah menjadi  beberapa golongan, seperti tatkala kekuasaan islam terpecah menjadi dua (2) pada masa Ali, dari sinilah kekuasaan islam perlahan-lahan mulai redup, sehingga mendapat kutukan juga dari Tu[h]an dengan dihancurkannya Baghdad (Iraq) yang menjadikan semua buku-buku sejarah tentang Islam dibumi-hanguskan. Sehingga muncullah kelompok yang dinamakan Syiah dan Sunni serta kelompok-kelompok lain yang masing-masing memiliki ajaran yang berbeda-beda, meskipun pengakuan mereka adalah beragama Islam. Timbul juga pertanyaan kenapa Islam berubah menjadi sebuah “agama”?

Melihat dari sejarah diatas ternyata kemarahan Tu[h]an itu tatkala semua keturunan Abraham sudah berpecah-belah akibat satu sama lain saling membenarkan ajaran mereka (QS.Al-Baqar[2]:213), padahal mereka dahulunya satu-satunya ummat yaitu ummat yang memiliki satu ajaran dari Tu[h]an Yang Esa (QS.Yunus[10]:19). Olehnya itu tatkala terjadi perpecahan diantara mereka, maka Tu[h]an selalu mengutus seorang rasul untuk menyatukan mereka lagi, agar kembali kepada ajaran yang hak yaitu dien Al-Islam dimana semua makhluk ciptaan Allah tunduk patuh kepadaNya berdasarkan tatanan kehidupan yang ada dalam dien Al-Islam. (baca Perjalanan Rasul) –  ( Murtad )

Abraham adalah seorang muslim artinya dia adalah orang yang sangat taat kepada pengajaran Tu[h]an, sehingga seharusnya merupakan contoh teladan bagi keturunannya. Muslim berasal dari kata aslama yang artinya orang yang tunduk patuh atau berserah diri, sebagaimana dalam al quran ketika Abraham diperintahkan oleh Tu[h]an untuk tunduk patuh, lalu Abraham menjawab “aslamtu lirabbil alamin” artinya aku tunduk patuh pada pengatur semesta alam (QS.Al-Baqarah[2]:131). Yang kemudian konsep hidup tersebut diwariskan Abraham kepada keturunannya, (QS 2/128, 132). Sehingga seharusnya manusia mau menjadikan contoh teladan, jika ingin menjadi manusia yang aslama (islam) seperti Abraham, (QS.An-Nahl[16]:120, QS.An-Nisa[4]:125).

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa seluruh keturunan Abraham adalah penganut ajaran islam, Sehingga Musa, Isa dan Muhammad adalah membawa ajaran yang sama sehingga jelaslah ayat (QS.Aa-Shura[42]:13) dan tentu saja mereka akan dijadikan pemimpin ummat manusia pada masanya. Sebagaimana Abraham pernah memohon kepada Tu[h]an agar keturunannya dijadikan pemimpin seluruh ummat manusia kecuali keturunan yang dzolim (musyrik), (QS.Al-Baqarah[2]:124). Jadi yang orang-orang dzolim inilah yang tidak akan dijadikan pemimpin seluruh ummat manusia nantinya, meskipun pengakuannya dia adalah keturunan Abraham dan merasa dirinya telah Islam.

Jika keturunan Abraham sudah digariskan sebagai orang-orang berserah diri (muslim) sebagai pelaku ketaatan hanya pada aturan dan hukum Tu[h]an, dengan demikian, adakah saat ini keturunan Abraham yang muslim? Adakah saat ini keturunan Abraham yang menjadi pemimpin seluruh ummat manusia?. Bukankah mereka justru ummat yang terjajah?. Maka itu berarti mereka adalah ummat yang dzolim (musyrik). ( Baca Kemusyrikan )

Kenapa mereka mempunyai ajaran yang berbeda-beda dan memiliki “agama” masing-masing?, Apakah mungkin Tu[h]an telah mengajarkan kepada Musa, Isa dan Muhammad dengan ajaran yang berbeda, padahal janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan disebut muslim yaitu orang-orang yang akan tunduk-patuh atau orang-orang berislam (berserah diri) hanya kepada Tu[h]an.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus kembalikan kepada pengertian dien atau Millah itu sendiri. Sudah dijelaskan di blog ini bahwa dien itu artinya bukanlah  “agama” tapi sistem atau tatanan kehidupan yang saling merahmati sehingga terciptalah kondisi kehidupan yang setimbang antara kehidupan alam dan kehidupan manusia. Itulah inti dari ajaran Tu[h]an kepada Abraham yaitu konsep hidup/Millata yang didalamnya terdapat ketetapan-ketetapan dan perintah-perintah yang dimana semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini tunduk-patuh atau sujud mengabdi hanya kepada Tu[h]an Pencipta langit dan bumi.

Sangat jelas dengan jawaban Abraham untuk tunduk-patuh kepada pengatur semesta alam, bukan kepada pengatur manusia. Sebab kenapa?. Karena Abraham sadar bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Allah, makhluk yang harus menyerahkan dirinya baik secara sukarela maupun terpaksa untuk diatur oleh sistem Allah yang mengatur alam semesta beserta isinya (QS.Al-Baqarah[2]:255), sebagaimana apa yang dilangit dan dibumi telah tunduk patuh pada sistem Allah itu. Apakah mereka mencari selain dien Allah, padahal kepadanyalah tuntuk patuh apa yang dilangit dan dibumi baik secara sukarela maupun terpaksa, hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.  ( baca Dien Al Islam )

Konsep hidup itulah yang dipahami oleh Abraham tatkala dia mencari tahu siapa pengatur dirinya yang sebenarnya. Tatkala Abraham menemukan Tu[h]an Allahlah pengaturnya, maka seluruh aktifitas hidupnya hanya diserahkan kepada Tu[h]an. Sehingga atribut kebangsaannya ditinggalkan, kemudian mengajak bangsanya untuk tuntuk patuh hanya kepada Tu[h]an, dengan meninggalkan ilah-ilah yaitu ketaatan kepada penguasa yang mengkafiri ajaran Tu[h]an. sehingga Abraham  dan pengikutnya dibenci oleh bangsanya. Akhirnya Abraham pergi mencari tempat dimana konsep hidup yang dipahaminya itu diterima, yang kemudian mendirikan sebuah kekuasaan.

Bagaimana mungkin seorang Abraham rela meninggalkan bangsanya, begitupun Musa, Isa dan Muhammad jika hanya mengajarkan “agama” yang didalamnya hanya mengajarkan ritus-ritus penyembahan yang memuaskan nafsu yaitu kehidupan materialistis kalau bukan sebuah konsep hidup atau sistem hidup yang haq,  yang dimana semua manusia harus saling berkasih-sayang (rahman dan rahim) baik kepada sesama manusia maupun kepada makhluk yang ada dialam semesta ini.

Jadi perpecahan keturunan Abraham itu adalah tatkala ajaran-ajaran yang dibawah oleh Musa, Isa dan Muhammad berubah menjadi sebuah “penyembahan” sehingga masing-masing memiliki cara penyembahan tersendiri menurut pemahaman-pemahaman berdasarkan kitab-kitab yang mereka miliki, sehingga timbullah apa yang dinamakan “agama” dimana manusia berhak memiliki keyakinannya masing-masing, karena menurut mereka agama Tu[h]an itu banyak jadi tidak ada paksaan dalam memilih salah satu dari agama Tu[h]an.

Kemudian mereka saling mengklaim bahwa agama kamilah yang benar, agama kalianlah yang salah, kami akan masuk sorga karena beragama Islam, kalian akan masuk neraka karena beragama selain Islam. Kami akan masuk sorga karena kami menuhankan Yesus (nabi Isa) karena tidak ada yang masuk kerajaan sorga tanpa melalui Yesus, kalian akan masuk neraka karena tidak mentuhankan Yesus. Kami akan masuk sorga karena rasul kami adalah Muhammad, kalian akan masuk neraka karena tidak mengakui kerasulan Muhammad. Kitab kami suci sedang kitab kalian tidak suci lagi karena sudah diubah-ubah apalagi banyak berbicara kotor. Inikan ajaran yang tidak masuk diakal, ajaran yang telah turun-temurun diwariskan kepada anak-cucu mereka, sehingga tatkala mereka besar terjadilah permusuhan diantara mereka. Karena sejak dari kecil sudah dididik  orang tuanya menurut keyakinan agama yang mereka anut.

Jika manusia berada di luar konsep hidup (Millah) itu, maka dipastikan kehidupan manusia akan kacau-balau karena tidak diatur oleh sistem kehidupan yang islam (berserah diri). Makanya ada peringatan kepada semua manusia. “Hanya orang-orang yang memperbodoh dirinya sajalah yang membenci  konsep hidup atau ajaran Abraham itu” (QS.[2]:130).
Akibat kesalah fahaman mengenai pengertian dien inilah yang menjadi penyebab utama, bahkan didalam Al-Quran tidak pernah ada dikatakan dien Yahudi, dien Masharani, dien Khatolik dan lain-lain yang ada juga "al-yahudi" (al-huda/petunjuk) dan "al-nashara" yang kemudian diartikan dan dibumbui menjadi agama Yahudi dan agama Nashrani, bahkan dikatakan “mereka tidak akan berhenti sampai kamu mengikuti millah (konsep hidup) mereka”. Bukan mengikuti dien mereka.

Seperti yang sudah saya katakan diatas millah itu bukan agama tapi konsep hidup pengertiannya sama dengan dien yang didalamnya ada aturan dan hukum. Itu berarti mengikuti konsep hidup mereka adalah mengikuti aturan dan hukum mereka yang materialistis (makanya banyak orang-orang berlomba-lomba untuk menjadi anggota legislatif jika perlu ngutang sana-sini dulu, karena pikir mereka kalau sudah terpilih bisa tergantikan dengan cara korupsi,.atau membantu para pengusaha-pengusaha untuk memenangkan tender mereka dengan catatan mereka harus memberi persenan dari hasil tender tersebut, ada juga yang tidak terpilih jadinya stress kemudian gila agar terbebas dari hukuman pidana, ada juga yang tidak ragu-ragu bunuh diri).

Kalau kita mau berpikir jernih, bukankah orang-orang Yahudi dan Nashara sampai saat ini memiliki aturan dan hukum yang bukan dari Tu[h]an. Sebagaimana dalam bible, Bani Israil dikutuk oleh Tu[h]an akibat mereka telah mengingkari perjanjian dengan Tu[h]an yaitu mereka telah meninggalkan ketetapan dan perintah yang dibacakan oleh Musa, termasuk 10 Hukum Taurat (Ten commandement), bahkan Isa sendiri mengatakan “mereka memuliakan Tu[h]an tapi yang mereka ajarkan adalah perintah manusia”. begitupun didalam Al-Quran, banyak bercerita tentang keturunan Yakub yang dikutuk akibat telah meninggalkan hukum Taurat, (QS.Al-Maidah[5]:68). Dari sini kita sudah ada gambaran bahwa ternyata ummat warisan Muhammad telah mengikuti konsep hidup orang-orang Yahudi dan Nashara yang membatalkan hukum Taurat. (QS.Al-Maidah[5]:44-50).

Jika demikian (QS.Al-Baarah[2]:120) itu adalah peringatan bagi kita-kita yang merasa ummat Islam bahwa jangan sampai kita mengikuti tatacara hidup mereka yaitu konsep hidup berdasarkan hukum buatan manusia karena itu akan merusak fitrah penciptaan manusia itu sendiri, sehingga terjadilah malapetaka dalam kehidupan manusia dan alam, manusia akan berbuat kerusakan di bumi, begitupun alam akan rusak oleh ketidak setimbangan itu, akitab terjadinya peperangan, pengrusakan hutan, eksplorasi dimana-mana, pembuangan limbah sembarangan dll, yang ujung-ujungnya akan berdampak bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Lalu, bagaimana mengembalikan kondisi alam dan manusia agar setimbang lagi, jawabannya hanya satu “Tuan-lah yang mengutus seorang rasul dengan membawa petunjuk dan konsep hidup yang hak untuk dimenangkannya diatas segala konsep hidup yang lain, meskipun orang-orang musyrik tidak menyukai” yaitu dari keturunan Ketura. Keturunan Abraham yang selama ini sedang dicari-cari keberadaanya, keturunan Abraham yang sedang dipersiapkan oleh Tu[h]an untuk kembali mempersatukan keturunan-keturunan Abraham yang sudah berpecah belah, berasal dari suatu bangsa yang sangat dikagumi oleh dunia baik dari segi keaneka-ragaman budaya dan sumber daya alamnya, bangsa yang akan menjadi pencetus perdamaian, bangsa yang akan membagi-bagikan hasil buminya tanpa meminta balasan, bangsa yang akan menjadi pengatur dunia sehingga kehidupan manusia menjadi setimbang tidak akan ada lagi kemiskinan, Karena seluruh apa yang ada dibumi ini adalah sudah diserahkan kepada manusia sebagai milik bersama, bukan milik suatu bangsa atau golongan tertentu. Inilah konsep hidup Tu[h]an Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada hamba-hambaNya. Sehingga manusia harus juga saling berkasih sayang kepada sesamanya.

Konsep hidup yang selama ini tidak pernah difahami oleh manusia, dikarenakan mereka memiliki konsep hidup yang materialistis. Itulah kenapa Muhammad pernah kalah dalam peperangan akibat pasukan yang rakus akan harta, begitupun Yosua, pasukannya dipukul mundur sehingga lari terbirit-birit. Jadi tidaklah mengherankan kenapa ummat yang merasa islam hari ini terjajah karena konsep hidup mereka materialistis. Sibuk mengumpulkan harta untuk bekal akhirat nanti. Itulah kutukan Tu[h]an buat mereka, yang kemudian mereka mengklaim hanyalah ujian kalau kita miskin, kalau mendapat bencana dll, sehingga membodohi ummatnya, kalau dengan mendapatkan hadiah rumah, naik haji, mendapat sesuap nasi dll itu adalah rezki dari Tu[h]an. Padahal tak ubahnya sama saja dengan kisah sinterklas yang suka membagi-bagikan hadiah dimalam natal.

Maka terjadinya bencana yang begitu dasyat saat ini bukanlah fenomena yang secara kebetulan tapi itu adalah sunnatullah pada kehidupan alam karena alam sedang berproses untuk mempersiapkan kesetimbangannya agar tatkala kehidupan manusia sudah berada dalam tatanan kehidupan yang di undangkan Tu[h]an itu menjadi setimbang sehingga alam dan manusia saling merahmati nantinya. “Dan tiadalah Kami mengutusmu sebagai rahmat bagi kehidupam semesta alam.

Jumat, 23 Desember 2016

Sang Messias

Sang Messias
  

Dalam sejarah perjalanan ummat manusia, maka tidak ada berita yang paling menghebohkan tidak ada berita yang paling besar kecuali tentang berita datangnya Rasul baru. Tidak ada gosip, isu, hotnews kecuali tentang lahirnya seorang anak manusia yang akan menghancurkan raja bangsa-bangsa, tentang berita apa yang mereka pertanyakan yaitu tentang berita yang sangat besar, yaitu berita tentang kedatangan seorang Rasul, kenapa dikatakan berita sangat besar karena orang-orang pada saat itu telah beranggapan, beraqidah bahwa tidak ada lagi seorang Rasul, setelah Rasul yang mereka yakini.

Oleh karenanya dari sekian perintah untuk mengimani yang paling berat adalah iman kepada Rasul karena kalau iman kepada Allah itu sesuatu yang tidak masalah, semua orang tahu yang menciptakan Alam semesta ini adalah Allah Rabbul alamin, semua orang akan mengatakan Allah sang pencipta. Dengan berbagai macam sebutan, iman kepada malaikat juga orang percaya, iman kepada kekuatan-kekuatan yang ada pada alam ini, bahkan dalam ajaran islamisme ada 10 malaikat yang wajib diaqidahi itu soal yang gampang untuk diimani karena ghaib kata mereka. Iman kepada kitab-kitab Allah juga hal yang sederhana. Semua orang juga percaya dengan kitab-kitab tersebut, ada kitab Taurat, Injil dan Al Qur’an orang percaya karena barangnya ada. Kemudian iman kepada hari akhir juga orang percaya bahwa nanti akan ada hari akhirat setelah kehancuran dunia meskipun belum ada orang yang menyaksikan saat ini, tapi orang yang percaya saja. Paling tidak untuk berjaga-jaga karena jangan sampai dikatakan saya tidak beriman kepada hari akhir ternyata nanti ada barangnya jadi bisa celaka.

Melihat dari sejarah diutusnya Rasul ternyata yang paling berat itu adalah beriman kepada Rasul yang baru karena orang itu harus siap taat 24 jam kepada seluruh perintah Rasul tersebut. karena sesungguhnya ibadah itu adalah taat kepada perintah Rasul karena Allah tidak pernah turun memerintah langsung kecuali dengan mengutus seorang Rasul sebagai juru bicara Allah, sebagai wakil Allah, sebagai utusan Allah. Olehnya itu jika kita tanyakan kepada mereka yang merasa beriman, siapa yang memerintahkan mereka sholat, puasa, zakat ? Jika mereka menjawab Allah, maka mereka itu berkata dusta, apakah Allah pernah berbicara langsung kepada mereka. tentu tidakkan. Allah tidak pernah memerintahkan Abu Bakar untuk shalat, Karena Allah sudah menyerahkan pekerjaanNya itu kepada anak, semua penghakiman itu sudah diserahkan Allah kepada anakNya, kepada RasulNya karena Allah memerintah seseorang melalui mulut RasulNya, yang ada juga taatilah Allah dan taatilah Rasul maksudnya jika ingin mentaati Allah harus taat melalui RasulNya. Umar tidak pernah taat kepada Allah secara langsung, ketaatan ummar kepada Allah melalui RasulNya, olehnya itu siapa yang taat kepada Rasul berarti dia sudah taat kepada Allah yang mengutus dia.

Kepada Bani Israil Allah mengatakan kalian adalah ummat yang terbaik, yang paling mulia dari segala makhluk yang ada dimuka bumi ini, begitupun kepada ummat Muhammad Allah pun mengatakan Kalian adalah ummat yang terbaik, jika demikian apa maksud Allah mengatakan demikian, kenapa kepada Bani Israil Allah mengatakan termulia,dan kenapa juga kepada Bani Kedar Ismail Muhammad Allah mengatakan juga mulia, Jika demikian siapa yang mulia dong, semuanya mulia kata Allah, yang menjadi pertanyaan adalah kapan atau pada saat kondisi apa Bani Israil dan pada kondisi apa bani Ismail yaitu ummat Muhammad mulia dimata Allah, Apakah mungkin kemulian itu akan terus abadi untuk disandang oleh Bani Israil dan Bani Ismail? Jawabannya ternyata tidak. Kenapa ? Ketika Bani Israil dibawah komando Musa maupun Isa, masih konsis, masih setia kepada bapa, masih setia kepada Allah, tidak mensyarikatkan Allah, mereka tidak berlaku sundal, maka Allah cinta kepada bani Israil, maka selama Bani Israil tidak mengkhianati Allah, maka Bani Israil tetap akan menjadi pengantin Allah yang tercantik, sehingga bangsa-bangsa datang kepada mereka belajar, tapi begitu bani Israil sudah berbuat sundal, sudah melacurkan dirinya dimanapun dia berada, maka Allah tidak lagi mencintai Bani Israil, sama halnya dengan Ummat Muhammad, ketika ummat Muhammad menjadikan Al Qur’an sebagai system hidup dan kehidupannya, maka Allah angkat derajat orang-orang Mukmin itu, namun tatkala ummat Muhammad meninggalkan Al Qur’an maka naisbnya akan sama dengan Bani Israil, mereka akan kembali terpuruk, menjadi orang-orang yang terjajah, menjadi komunitas ummat yang tertindas,menjadi budak dari raja-raja bangsa hari ini.

Jadi sisi kemulian ummat tatkala dia tetap menjadi penguasa dunia, sebagaimana firman Allah dalam Kitabnya, 21/105. Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hambaku-hambaKu yang saleh.

Sebagaimana sejarah diutusnya Rasul Allah, 42/13. Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang Din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah Din dan janganlah kamu berpecah belah didalamnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik Din yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

10/73 Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu khalifah dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu.

2/124. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabnya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".

7/137. Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Rabmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.

3/55. (Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya."

5/3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) dinmu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu dinmu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi din bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Sudah merupakan ketetapan Allah bahwa setelah ummat yang dilahirkan akan digantikan oleh ummat yang lain sebagaimana Musa dahulu menjadikan Bani Israil sebagai bangsa yang besar, sebagai bangsa yang terbaik yang menghakimi ummat manusia dimuka bumi, maka setelah bangsa itu datang ajalnya atau batas waktu untuk berkuasa, maka Allah memberikan lagi kekuasaan tersebut untuk kaum yang lain, 7/169. Menurut ayat tersebut setelah kekuasaan Bani Israil yang dibangun oleh Musa sampai generasi Sulaiman maka datanglah generasi yang mewarisi Taurat, itu berarti generasi itu adalah generasi yang sudah tidak menjadikan hukum Allah sebagai satu-satunya hukum hidup dan kehidupan yang diundangkan Allah yang tercantum didalam kitab Taurat 14/28-29.

Namun demikinalah Allah yang mempunyai kerajaan dimuka bumi Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang dikehendaki dan mencabut kerajaan dari orang yang dikehendaki, Dia memuliakan orang yang dikehendaki dan Dia hinakan orang yang dikehendaki, karena ditangan Allahlah segala kebajikan. 3/26.

Itulah hukum yang terus berlangsung, itulah sunnatullah yang tidak berubah sepanjang jaman,

Jadi sebagaimana Allah menyatakan didalam Al Qur’an bahwa tugas untuk mengajarkan Al Kitab adalah tugas seorang Rasul yaitu yu’allimuhumul kitaaba walhikmata (mengajarkan mereka Al Kitab dan Al Hikmah) 2/151. Dengan demikian orang yang paling faham tentang ilmu Allah adalah Rasul, karena hanya Rasul yang diberikan huda, maka wajar kalau hari ini orang tidak mengerti akan ilmu Allah, karena mereka belajar bukan dari mulut seorang Rasul, karena belajarnya dari mulut ustadz, ngajinya sama kyai, begitulah ilmu mereka, sudah sesat menyesatkan lagi. Olehnya itu ada peringatan dari Allah 6/116.

Kata Isa, jika kamu ingin masuk kerajaan surga harus melalui aku, karena akulah pintunya, kata Muhammad, jika engkau mencintai Allah maka ikutilah aku, saudara ingin masuk jannah lewat kyai mana bisa nyampe, nyasar iya, karena kata Isa mereka adalah pemberontak, perampok, mereka menjual ayat-ayat Allah dirumah Allah, mereka berdagang dirumah Allah, sama hari ini dengan kyai, ustadz pintenrya Cuma ngomong doang,ho ho ho ho ho amplop, apa bedanya dengan tukang dagang, seperti itulah para penjual ayat-ayat Allah, ada yang menjual lewat dzikir, ada yang menjual lewat Managemen Qolbu, dan ada yang bersyair. Apa bedanya dengan tugang dagang, Itu bukan pekerjaan Rasul tapi pekerjaan orang-orang yang bodoh kata Allah.

Bukan begitu cara Rasulullah membangkitkan ummat dari keterpurukan, dari ketertindasan,andaikan dengan dzikir, ibadah ritual, itung tai kambing ummat ini bisa selamat dari dulu ummat ini bangkit tapi ternyata utang kemana-mana, musibah dimana-mana, rumah rakyatnya tenggelam dan lain-lain, namun pemerintahnya pura-pura tidak melihat, begitulah kata Allah kabura maktan indallaahi taquulu maa la taf’alun. Sehingga Allah membuat bangsa ini menjadi chaos 28/58-59. 17/16

Begitulah cara Allah membinasakan suatu bangsa jika Allah sudah muak melihat bangsa itu, sehingga menjadi bumi tidak percaya lagi kepada langit, agar rakyat tidak percaya lagi kepada pemimpinnya, maka pada saat itulah bumi akan bertabrakan dengan langit, rakyat saling jotos dengan para pemimpin, lalu siapa yang akan menjadi juru selamatnya, dialah Al masih Al Maw’ud saat ini, dialah sang mesias yang dijanjikan oleh Allah melalui Muhammad.

maka Bukti bahwa Ummat Islam Bani Israil dan Ummat Islam Bani Kedar menjadi ummat yang mulia dimata Allah adalah saat mereka masih konsis kepada kitab-kitab Allah, 5/44-48, itulah kenapa Allah menyatakan saat ummat tersebut sudah meninggalkan apa yang diperintahkan 3/112. Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali Allah dan tali dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.

Tatkala ummat ini durhaka dan melampaui batas, mereka mengkufuri ayat-ayat Allah, mereka memutuskan tali (habl) dengan Allah maka disitulah Allah menimpakan kenistaan, kemudharatan, maka bangsa atau ummah yang tadinya menjadi khaira ummah akan berbalik keadaannya menjadi ummat yang terhina, maka saat ini siapa yang menjadi ummat yang terbaik ? jawabannya tidak ada, karena baik Bani Israil warisan Musa, maupun Bani Israil warisan Isa dan ummat Islam Bani kedar warisan Muhammad hari ini sudah meninggalkan apa yang telah diwahyukan kepada Musa, Isa dan Muhammad, dengan kata lain mereka sudah meninggalkan kitab-kitab Allah. Maka berkatalah Rasul: "Ya Rabku, sesungguhnya kaumku (bangsaku) menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan." 25/30

Mari kita jadikan ayat diatas sebagai landasan untuk berfikir kita, Rasul siapakah yang akan berkata pada ayat diatas?

Karena jika ayat diatas Muhammad yang akan berkata, bagaimana mungkin karena ayat diatas adalah ayat makkiyah, ayat yang turun di Mekkah, ayat yang turun sebelum Al Qur’an di mushafkan menjadi buku seperti saat ini.

Berarti ayat diatas adalah nubuwah Muhammad Rasulullah yang memprediksikan bahwa akan ada lagi seorang Rasul setelah Muhammad diakhir jaman yang akan dibangkitkan lagi oleh Allah, sehingga Rasul itulah nantinya yang akan berkata kepada bangsanya, Ya Allah, Ya Rabb Sang Pengatur alam semesta sesungguhnya bangsa ini sudah meninggalkan Al Qur’an.

Itulah sebabnya Muhammad mengatakan “Taraktufikum amraini, lam tudhillu ma in-amsaktum bihima: kitabullah wa sunnati rasulihi”

“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara selama kalian berpegang teguh kepada keduanya kalian tidak akan tersesat (kalian tidak akan terjajah, kalian akan menjadi khalifah dunia) yaitu kitabullah wa sunnati rasulihi“

Al Kitab dan Sunnah Rasul adalah satu bahagian yang tidak terpisahkan, dimana Al Kitab adalah Al Huda dan Sunnah Rasul adalah bayyinat minal huda, jadi keduanya adalah satu badan, Al Kitab adalah konsep hidup dan sunnah Rasul adalah sebagai contoh dari aplikasi konsep hidup tersebut. Al Kitab sebagai teori dan Sunnah Rasul sebagai prakteknya.

Jika apabila saja manusia benar-benar mau mengkaji hadits tersebut, tentunya kita akan menemui bahwa Al Qur’an itu ternyata bukan untuk Abu Bakar, bukan untuk para sahabat  tapi untuk satu kaum, satu masa diakhir zaman nanti, dimana keimanan mereka sama dengan keimanan para sahabat kepada Muhammad. Mereka akan iman kepada Allah dan RasulNya sama dengan cara iman para sahabat kepada Muhammad.

Jadi jika ayat 25/30 diaktualisasikan pada saat ini oleh seorang Rasul, maka barulah Al Qur’an itu kita nyatakan sodaqollahul adzim karena fakta antara petunjuk dan barangnya ada dilapangan. Maka kunci untuk mengembalikan ummat ini bangkit kembali adalah kembali kepada kitabullah wa sunnati rasulihi karena demikianlah sunnahnya. Huwallazii Arsala Rasuulahu bil huda. Muhammad memenangkan Din Al Islam dengan Al Qur’an, bukan dengan teori macam-macam, karena isi Al Qur’an merupakan petunjuk Al Huda dalam hal ber-Aqimuddin, jadi inti Al Qur’an adalah pedoman ummat manusia untuk menegakkan kembali kerajaan Allah dimuka bumi liyuzhirahu aladdini kullihi. Maka syaratnya adalah jadikan Al Qur’an dalam segala hal, min qulli amri kata Allah. Sekarang menjadi pertanyaan sudahkah bangsa ini menjadikan Al Qur’an sebagai min kulli amri? Jika tidak itu berarti bangsa ini adalah bangsa yang dimurkai oleh Allah. Oleh karenanya Allah butuh Sang Mesias, Allah butuh Al Masih yang akan menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan ummat Islam.